STRUKTUR ATOM, SISTEM PERIODIK DAN IKATAN KIMIA
1. Teori Atom Bohr
Bohr menyatakan:
1)
Elektron-elektron beredar mengelilingi
inti pada lintasan –lintasan tertentu. Masing-masing lintasan mempunyai tingkat
energi yang berbeda.
2)
Jika lintasan energi semakin jauh, maka
semakin tinggi energinya.
3)
Elektron-elektron dapat berpindah dari
tingkat energi yang satu ke tingkat energi yang lain dengan cara menyerap atau
melepaskan energi. Jika elektron berpindah dari lintasan energi yang tinggi
ketingkat energi yang rendah akan
melepaskan energi. Sebaliknya jika elektron berpindah dari tingkat energi yang
rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi, maka akan menyerap energi.
Bohr
berpendapat bahwa elektron bersifat partikel.
1. 2. Teori atom Mekanika Kuantum
Teori
ini dikembangkan berdasarkan dualisme sifat elektron, yaitu sebagai pertikel
dan gelombang. Model ini mempunyai kesamaan dengan model atom Niels Bohr dalam
hal adanya tingkatan-tingkatan energy (kulit) di dalam atom. Namun demikian,
bentuk dan susunannya lebih kompleks.
Menurut
teori ini, posisi elektron dalam atom tidak dapat ditentukan secara pasti. Yang
dapat ditentukan hanyalah daerah dengan kebolehjadian (kemungkinan) terbesar
dimana elektron tersebut berada. Daerah inilah yang disebut dengan istilah
orbital. Dalam teori ini, diterangkan bahwa kulit atom terdiri dari satu atau
beberapa subkulit, selanjutnya subkulit terdiri dari satu atau beberapa
orbital.
Bilangan
kuantum adalah bilangan yang digunakan untuk menentukan lokasi suatu elektron
dalam atom, sehingga elektron tersebut dapat dibedakan dengan elektron-elektron
yang lain. Bilangan kuantum terbagi beberapa jenis, yaitu:
1.
Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama
menyatakan kulit atom tempat elektron berada.
Kulit
K Ã n = 1
Kulit
L Ã n = 2
Kulit
M Ã n = 3
Kulit
N Ã n = 4, dan
seterusnya
2.
Bilangan Kuantum Azimut (l)
Bilangan kuantum azimut
menyatakan subkulit yang ditempati elektron.
Sub kulit s à l =
0
Sub kulit p Ã
l = 1
Sub kulit d à l
= 2
Sub kulit f Ã
l
= 3, dan seterusnya
3.
Bilangan Kuantum Magnetik (m)
Bilangan kuantum magnetik
menyatakan orbital khusus yang ditempati
elektron dalam suatu sub kulit.
4. . Bilangan Kuantum Spin (s)
Bilangan kuantum spin menyatakan arah rotasi elektron dalam orbital. S dapat mempunyai nilai + ½ ( ) dan – ½ ( ) .
Bentuk
orbital masing-masing orbital dapat dilihat pada gambar berikut:
1. 4. Konnfigurasi Elektron
Secara
sederhana konfigurasi elektron sudah pernah dibahas di kelas X, namun di kelas
XI kembali kita bahas hal ini lebih mendalam. Adapun dalam menuliskan
konfigurasi elektron berlaku aturan berikut:
a.
Aturan
Aufbau
“Elektron-elektron
suatu atom berusaha untuk menempati sub kulit yang berenergi rendah. Jika sub
kulit yang berenergi lebih rendah sudah penuh, barulah elektron mengisi sub
kulit yang energinya lebih tinggi”.
b.
Aturan
Hund
“Elektron-elektron dalam orbital
suatu sub kulit cenderung untuk tidak berpasangan, elektron baru berpasangan
apabila pada sub kulit itu tidak ada lagi orbital yang kosong”
c.
Azas
Larangan Pauli
“Tidak ada elektron yang mempunyai
keempat bilangan kuantum yang sama”.
Contoh
Soal :
Tuliskan
konfigurasi elektron unsur berikut dan tentukan keempat bilangan kuantum
elektron terakhirnya!
1. 17Cl
2. 11Na
3. 40Ca
4. 53I
Jawab :
d.
Hal-hal
Penting Mengenai Konfigurasi Elektron
a.
Penulisan
Urutan Sub Kulit
Contoh :
1.
Tuliskan
konfigurasi elektron dari 28Ni!
Jawab
:
28Ni : 1s2
2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d8
(Sesuai aturan Aufbau)
28Ni : 1s2
2s2 2p6 3s2 3p6 3d8 4s2
(Mengumpulkan subkulit dalam suatu kulit)
2.
Tuliskan
konfigurasi elektron dari 31Ga!
Jawab
:
31Ga : 1s2
2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10
4p1
(Sesuai aturan Aufbau)
31Ga : 1s2
2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p1
(Mengumpulkan subkulit dalam suatu
kulit)
b.
Menyederhanakan
Penulisan Konfigurasi Elektron
Contoh :
1)
Tuliskan
konfigurasi elektron 19K!
Jawab
:
19K : 1s2
2s2 2p6 3s2 3p6 4s1
[Ar] 4s1 (Penulisan yang disederhanakan)
2)
Tuliskan
konfigurasi elektron 26Fe!
Jawab
:
26Fe : 1s2 2s2 2p6
3s2 3p6 4s2 3d6
[Ar] 4s2 3d6 (Penulisan yang disederhanakan)
Atau : [Ar] 3d6 4s2
c.
Aturan
Penuh dan Setengah penuh
Contoh :
1) Tuliskan
konfigurasi elektron 24Cr!
Jawab :
24Cr : 1s2 2s2 2p6
3s2 3p6 4s2 3d4
[Ar]
4s2 3d4
[Ar]
3d4 4s2
[Ar]
3d5 4s1 (Setengah
Penuh)
2) Tuliskan
konfigurasi elektron 29Cu!
Jawab :
29Cu : 1s2
2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9
[Ar]
3d9 4s2
[Ar]
3d10 4s1 ( Penuh )
Ternyata,
sub kulit d yang terisi penuh (d10) atau setengah penuh (d5)
lebih stabil.
d.
Konfigurasi
Elektron Ion
1) Tuliskan
konfigurasi elektron dari :
a. 8Cu2-
b.
24Cr3+
Jawab :
a. 8Cu : 1s2 2s2 2p4
8Cu2- : 1s2 2s2 2p6 (menerima 2 elektron)
b. 24Cr : 1s2 2s2 2p6
3s2 3p6 4s2 3d4
1s2 2s2 2p6
3s2 3p6 3d5 4s1
24Cr3+ : 1s2 2s2 2p6
3s2 3p6 3d3
(melepas 3 elektron)
1. 5. Meramal Bentuk Geometri Molekul
a.
Teori
Domain Elektron
Teori domain elektron
adalah suatu cara meramalkan geometri molekul berdasarkan tolak-menolak
elektron-elektron pada kulit terluar atom pusat. Teori ini menggambarkan
kedudukan pasangan elektron di sekitar molekul , baik pasangan elektron ikatan
(PEI) maupun pasangan elektron bebas (PEB). Karena muatan elektron sama, maka
terjadi tolak-menolak antarpasangan elektron sehingga menentukan bentuk
molekul.
Domain elektron berarti
daerah keberadaan elektron atom pusat. Jumlah domain elektron pada atom pusat
ditentukan sebagai-berikut:
1. Setiap
elektron ikatan pada atom pusat ( ikatan tunggal, rangkap dan rangkap tiga)
adalah satu domain.
2. Setiap
pasangan elektron bebas pada atom pusat adalah satu domain.
Gambar
4. Domain Elektron
Berikut beberapa contoh :
Prinsip-prinsip dari
teori domain elektron adalah sebagai berikut:
1) Antardomain
elektron pada kulit luar atom pusat saling tolak-menolak, sehingga antara
domain elektron akan mengatur diri sedemikian rupa sehingga tolak-menolak
diantaranya menjadi minimum.
2) Pasangan
elektron bebas mempunyai gaya tolak yang sedikit lebih kuat daripada pasangan
elektron ikatan. Urutan kekuatan
tolak-menolak diantara pasangan elektron adalah sebagai berikut:
-
Tolakan PEB-PEB > tolakan PEB-PEI
-
Tolakan PEB-PEI > tolakan PEI-PEI
Didalam pembentukan molekul dikenal
istilah-istilah berikut:
a.
Pasangan Elektron (PE)
b.
Pasangan elektron ikatan (PEI)
c.
Pasangan elektron bebas (PEB)
Berikut
beberapa bentuk molekul yang terjadi akibat banyaknya pasangan elektron ikatan
(PEI) dan pasangan elektron bebas (PEB) :
Tabel
3. Bentuk Geometri Molekul
Meramalkan
bentuk molekul dengan cara teori domain elektron (atau teori VSEPR : Valence Shell Electron Pair Repulsion)
dapat dilakukan pada dua kondisi senyawa, yaitu:
1. Senyawa
Biner Berikatan Tunggal
Untuk senyawa jenis ini
berlaku langkah-langkah berikut:
1) Menentukan
elektron valensi atom pusat
2) Menentukan
elektron valensi atom lain yang dipakai berikatan
3) Menjumlahkan
elektron valensi atom pusat dan elektron valensi atom lain yang dipakai
berikatan
4) Menentukan
banyaknya pasangan elektron (PE) dengan cara hasil penjumlahan langkah 3)
dibagi 2
5) Menentukan
banyaknya PEI
6) Menentukan
banyaknya PEB dengan cara :
PEB = PE - PEI
7) Menentukan
tipe molekul
8) Menyesuaikan
tipe molekul dengan bentuk geometri molekul pada tabel 2.
Contoh Soal:
Ramalkan bentuk molekul PCl5 !
Jawab:
1) Elektron
valensi atom pusat = 5
2) Elektron
atom lain yang dipakai untuk berikatan = 5
3) Jumlah
elektron = 5 + 5 = 10
4) Jumlah
pasangan elektron (PE) = 5+ 5/2= 5
5) Jumlah
pasangan elektron ikatan (PEI) = 5
6) Jumlah
pasangan elektron bebas (PEB) = PE-PEI
=
5-5
=
0
7) Tipe
molekul : AX5
8) Bentuk
geometri molekul : Trigonal bipiramida
Gambar
5. Bentuk molekul : Trigonal Bipiramida
2. Senyawa Biner Berikatan Rangkap atau Ikatan Kovalen Koordinat
Jika
atom pusat berikatan rangkap atau koordinat, maka setiap ikatan akan
menggunakan 2 elektron (sepasang elektron) valensi dari atom pusatnya. Umumnya
jika atom pusat berpasangan dengan atom O (oksigen), maka besar kemungkinan
ikatan tersebut berupa ikatan rangkap atau ikatan kovalen koordinat yang
menggunakan sepasang elektron atom pusat untuk setiap ikatan dengan atom O. Sedangkan
jika atom pusat berikatan dengan selain O, misalnya dengan unsur-unsur halogen
maka akan cenderung berikatan kovalen tunggal yang hanya menggunakan satu buah
elektron atom pusat.
Untuk
menentukan bentuk molekul dari molekul yang berikatan rangkap ataupun koordinat,
dapat ditempuh dengan langkah-langkah berikut:
1) Tentukan
elektron valensi atom pusat
2) Tentukan
elektron valensi atom pusat yang digunakan untuk berikatan
3) Tentukan
PEI
4) Tentukan
PEB dengan persamaan:
5) Tentukan
tipe molekul
6) Menyesuaikan
tipe molekul dengan bentuk geometri molekul pada tabel 2.
Contoh
Soal:
Tentukan bentuk Molekul
dari senyawa SO3!
JAWAB:
1) Elektron
valensi atom S = 6
2) Elektron
valensi atom pusat yang digunakan untuk berikatan dengan O = 3 x 2 = 6
3) PEI
= 3
4) Tentukan
PEB dengan persamaan:
5) Tipe
molekul : AX3
6) Bentuk
geometri molekul : Trigonal planar
Gambar 6.
Bentuk Trigonal planar
b.
Teori
Hibridisasi
Hibridisasi adalah proses penggabungan
beberapa orbital suatu atom membentuk orbital baru yang tingkat energinya sama.
Beberapa bentuk orbital hibrid adalah sebagai berikut:
Untuk memahami proses pembentukan
orbital hibrida, perhatikan contoh berikut:
1) Tentukan
orbital hibrida dan bentuk molekul dari senyawa PCl5!
Jawab :
Karena orbital
hibridanya adalah sp3d, maka setelah dicocokkan dengan tabel
diketahui bahwa bentuk milekulnya adalah trigonal bipiramida.
1. 6. Gaya Tarik Antarmolekul
Setelah mengetahui cara meramalkan bentuk molekul ,
sekarang tiba saatnya kita membahas gaya tarik antarmolekul. Perlu diingatkan
kembali bahwa gaya tarik antarmolekul berkaitan dengan sifat-sifat fisik zat,
seperti titik leleh dan titik didih. Semakin kuat gaya tarik antar molekul
semakin sulit untuk memutuskannya, semakin tinggi titik leleh maupun titik
didihnya.
a.
Gaya
Tarik-Menarik Dipol Sesaat – Dipol Terimbas
(Gaya London/ Gaya
Dispersi)
Gaya
dispersi adalah gaya tarik-menarik antara molekul-molekul dalam zat yang
nonpolar. Fritz London menjelaskan tentang gaya London sebagai berikut:
Elektron
senantiasa bergerak dalam orbital. Perpindahan elektron dari suatu daerah ke
daerah lain menyebabkan suatu molekul yang semula bersifat nonpolar menjadi
polar sesaat, sehingga terbentuk polar
sesaat. Dipol yang terbentuk dengan cara seperti itu disebut dipol sesaat.
Dipol
sesaat pada suatu molekul dapat mengimbas molekul disekitarnya sehingga
membentuk suatu dipol terimbas yang
menghasilkan suatu gaya tarik menarik antarmolekul yang lemah.
Kemampuan
suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat disebut dengan istilah polarisabilitas. Polarisabilitas
berkaitan dengan Mr dan bentuk molekul.
ü Secara
umum, semakin banyak jumlah elektron dalam molekul semakin mudah mengalami
polarisasi. Karena jumlah elektron sangat berkaitan dengan Mr, maka semakin
besar Mr akan semakin kuat gaya London. Misalnya: Radon (Ar = 222) mempunyai
titik didih lebih tinggi dibandingkan helium (Ar = 4)
Molekul dengan bentuk memanjang lebih mudah mengalami polarisasi dibandingkan bentuk melingkar, kompak dan simetris. Misalnya: normal pentana (t.d. = 36,1oC) memiliki titik leleh dan titik didih yang lebih tinggi dibandingkan neopentana (t.d. = 9,5oC)
Gaya London adalah gaya yang relative
lemah. Zat yang molekulnya bertarikan hanya berdasarkan gaya London akan
mempunyai titik leleh dan titik didih yang rendah dibandingkan zat lain yang Mr
nya kira-kira sama. Jika molekulnya kecil, zat-zat itu biasanya berbentuk gas
pada suhu kamar. Contoh : H2, N2, CH4, gas-gas
mulua, dan sebagainya.
b. Gaya
tarik dipol-dipol
Gaya
tarik dipol-dipol adalah gaya tarik antarmolekul dalam zat yang polar. Molekul
polar memiliki dua ujung yang berbeda muatan (dipol). Dalam zat polar,
molekul-molekulnya cenderung menyusun diri. Ujung (pol) positif berdekatan
dengan ujung negatif dari molekul di dekatnya. Susunan seperti ini menghasilkan
suatu gaya tarik-menarik yang disebut gaya tarik dipol-dipol.
Dalam
pembahasan gaya London sebelumnya, kita mengetahui bahwa gaya tersebut
merupakan gaya pada molekul nonpolar. Sebenarnya, gaya London terdapat pada
semua zat baik nonpolar maupun polar. Dalam zat nonpolar, gaya London adalah
gaya antarmolekul satu-satunya. Sementara itu, gaya dipol-dipol yang terdapat
pada zat polar menambah gaya London dalam zat itu. Oleh karena itu, dalam membandingkan
zat-zat dengan Mr yang kira-kira sama, adanya gaya dipol-dipol dapat
menghasilkan perbedaan sifat yang cukup nyata.
Contoh :
1. Perbedaan
titik leleh dan titik didih pada n-butana (nonpolar) dengan aseton (polar)
Senyawa |
Jenis senyawa |
Mr Senyawa |
Titik Leleh (oC) |
Titik didih (oC) |
n-butana |
Non
polar |
58 |
-138,36 |
-0,5 |
Aseton |
Polar
|
58 |
-94,8 |
56,2 |
Tabel
5. Titik Didih & Titik Leleh n-butana dan aseton
Zat yang polar dengan
Mr kira-kira sama dengan zat yang nonpolar memiliki titik didih dan titik leleh
yang lebih tinggi.
2. Perbedaan
titik didih pada HCl dan HI
Senyawa |
Jenis senyawa |
Mr Senyawa |
Titik didih (K) |
HCl |
Polar |
36,5 |
188,1 |
HI |
Polar
|
128 |
237,8 |
Tabel
6. Titik didih HCl dan HI
Pada tabel di atas HI
(Mr = 128) memiliki titik didih yang lebih tinggi dari HCl (Mr = 36,5). Jika
kepolaran kedua zat dibandingkan, maka momen dipol untuk HCl (1,08) jauh lebih
besar dari momen dipol HI (0,38). Hal tersebut menunjukkan, bahwa pada kasus
ini keberadaan gaya London sangat besar pengaruhnya. Kita jadi mengetahui bahwa
lebih polarnya HCl tidak cukup untuk mengimbangi kecendrungan peningkatan gaya
London akibat pertambahan massa molekul relatif dari HI.
c. Gaya
tarik dipol-dipol terimbas
Gaya ini terjadi antara
molekul polar dengan molekul nonpolar. Contoh : antara HF dengan
tetraklorometana (CCl4).
Dalam hal ini, dipol
dari molekul polar akan mengimbas molekul nonpolar di sekitarnya. Hasilnya
adalah suatu gaya tarik elektrostatik antara dipol (zat polar) dan dipol sesaat
(zat nonpolar).
1. 7. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen adalah ikatan yang terbentuk antara
hidrogen dengan atom yang mempunyai
keelektronegatifan besar dari molekul lain di sekitarnya, yaitu fluorin (F),
oksigen (O) dan nitrogen (N). Contoh :
Ikatan hidrogen memiliki titik didih yang menyolok
tinggi dibandingkan dengan senyawa lain yang sejenis (misalnya HCl, HBr dan
HI).
Gambar 10. Titik didih senyawa berikatan hidrogen
Pada
gambar tersebut kita dapat melihat bahwa ada peningkatan titik didih dari HCl
ke HI. Hal ini sesuai dengan harapan karena pertambahan Mr akan memperbesar
gaya antarmolekul. Namun, HF menyimpang dari kecendrungan itu. Jika gaya
antarmolekul dalam HF hanya gaya dipol-dipol dan gaya London sebagai mana
terdapat pada ketiga senyawa tersebut, tentulah titik didihnya tidak akan
berbeda jauh dari HCl. Hal ini menunjukkan bahwa ada hal lain yang berpengaruh
selain kedua gaya tersebut, yaitu ikatan
hidrogen. Hal yang demikian juga terjadi
pada HF dan NH3, keduanya menunjukkan penyimpangan dari kecendrungan
titik didih kelompoknya. Ikatan hidrogen jauh lebih kuat daripada gaya Van der
Waals.
1. 8. Gaya Van der Waals
Gaya Van der Waals adalah gaya-gaya antarmolekul
secara kolektif. Jadi, gaya London, gaya dipol-dipol dan gaya dipol-dipol
terimbas, seluruhnya tergolong gaya Van der Waals. Namun, ada kebiasaan untuk
membedakan dengan tujuan untuk memperjelas gaya antarmolekul dalam suatu zat
sebagai berikut:
1. Istilah
gaya London digunakan jiga gaya antarmolekul itulah satu-satunya, yaitu untuk
zat-zat nonpolar. Misalnya untuk gas mulia, hidrogen dan nitrogen.
2. Istilah
gaya Van der Waals digunakan untuk zat yang mempunyai dipol-dipol disamping
gaya London. Misalnya HCl dan aseton
1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar