29 Jul 2020

INOVASI PEMBELAJARAN KIMIA ULAR TANGGA KOLOID


INOVASI PEMBELAJARAN KIMIA

ULAR TANGGA KOLOID


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.        Latar Belakang

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan belajar sesuai dengan yang diharapkan. Proses pembelajaran harus dirancang secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Proses pembelajaran adalah bagian yang sangat penting yang perlu diperhatikan. Berhasil atau tidaknya pendidikan akan sangat ditentukan oleh baik atau buruknya proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. Idealnya, kita mengharapkan terealisasinya proses pembelajaran yang baik sehingga hasil yang dicapai memuaskan.

 

Kurikulum 2013 mengutamakan pembelajaran yang mendorong aktifitas fisik dan mental peserta didik secara optimal sehingga dapat mendukung untuk tumbuhnya pembelajaran aktif (

 

Istilah pembelajaran aktif diperkenalkan oleh seorang sarjana Inggris yaitu R.W. Revans (1907-2003). Menurut Michael Prince (2004), pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif menuntut siswa melakukan kegiatan belajar bermakna dan berfikir tentang apa yang mereka lakukan. Difinisi ini dapat mencakup kegiatan seperti pekerjaan rumah, kegiatan di kelas maupun kegiatan di masyarakat. Pembelajaran aktif merujuk pembelajaran kolaboratif dimana peserta didik bekerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

 

Proses pembelajaran yang dipraktekkan guru di dalam kelas terkadang belum memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya kesesuaian pokok bahasan dengan metode pembelajaran yang dipilih oleh guru, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai atau mungkin proses belajar mengajar itu sendiri terasa kurang menarik bagi siswa sehingga mengakibatkan penyerapan materi pembelajaran menjadi kurang efektif. Penerapan pembelajaran yang kurang menarik ini terkadang disebabkan pembelajaran yang diterapkan guru hanya berlangsung satu arah tanpa melibatkan peserta didik. Peserta didik hanya duduk mendengarkan dan tidak berperan aktif. Guru semestinya bisa mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran sehingga hasil belajar dapat lebih memuaskan.

 

Menurut Bloom, bahwa perolehan hasil belajar dapat dibagi menjadi 3, yaitu perolehan belajar dengan menerima (

Gambar 1. Retensi Belajar/ Retention of Learning

 

 

Pada gambar terlihat bahwa bagian piramida terbawah (20%) adalah perolehan belajar dari pembelajaran pasif dimana peserta didik hanya mendengarkan, membaca dan melihat. Sementara pada bagian piramida atas dan tengah merupakan perolehan belajar melalui pembelajaran aktif dimana peserta didik melakukan permainan, latihan, diskusi, demonstrasi dan praktik.

Penulis adalah guru yang saat ini mengajar di kelas XI IPA SMAN 1 Lingga. Saat mengajarkan pokok bahasan koloid, penulis menemukan kenyataan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa masih rendah. Padahal saat itu penulis menerapkan metode diskusi kelas, dimana siswa dibagi dalam 6 kelompok dengan beranggotakan maksimal 6 orang untuk setiap kelompok. Setiap kelompok menyajikan makalah dengan sub bab yang berbeda, sedangkan kelompok lain menjadi penyanggah.

 

Proses diskusi berjalan cukup baik, setiap anggota mengambil peran aktif berdasarkan tugas masing-masing. Penyajian makalah menggunakan media slide

 

Setelah diadakan ulangan harian ternyata hasil yang diperoleh siswa kurang memuaskan. Tentunya hal ini tidak sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan dan kelemahan siswa. Bahkan, sangat mungkin hal itu disebabkan oleh guru sendiri. Penggunaan metode yang sudah diterapkan mungkin sudah baik, namun masih memerlukan penguatan dengan metode yang lain yang lebih menarik dan menyenangkan agar pembelajaran lebih efektif.

 

Untuk menyikapi permasalahan ini, penulis mencoba untuk memberikan siswa latihan soal. Untuk menghindari kebosanan siswa dalam mengerjakan soal latihan, maka penulis mencoba membuat suatu inovasi dalam pembelajaran, yaitu dengan menggunakan permainan ular tangga koloid. Ular tangga koloid ini adalah alat bantu agar siswa bisa belajar serasa bermain, sehingga menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakan soal. Disamping itu dengan inovasi ini diharapkan tumbuh keaktifan siswa serta kemampuan bekerjasama dan berkomunikasi dalam kelompok.

 

B.     Nama  

Karya inovasi pembalajaran ini berupa ular tangga koloid yang digunakan untuk membantu siswa mengerjakan latihan soal pada pokok bahasan koloid di kelas XI IPA.

C.    Tujuan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan tujuan inovasi pembelajaran adalah sebagai berikut :

1.   Untuk menumbuhkan motivasi peserta didik dalam mengerjakan latihan soal pada pokok bahasan koloid.

2.       Untuk membantu mempermudah peserta didik dalam memahami pokok bahasan koloid.

3.    Untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran dan memupuk semangat kerjasama dan kemampuan berkomunikasi dalam kelompok.

 

D.    Manfaat

Inovasi pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain

a.    Bagi Siswa

1)      Dapat menumbuhkan motivasi peserta didik dalam mengerjakan latihan soal pada pokok bahasan koloid di kelas XI IPA

2)      Dapat membantu mempermudah peserta didik dalam memahami pokok bahasan koloid di kelas XI IPA

3)      Dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran dan memupuk semangat kerjasama dan kemampuan berkomunikasi dalam kelompok

b.    Bagi Guru

1)        Dengan adanya inovasi pembelajaran, guru memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyikapi pembelajaran di kelas.

2)        Guru dapat

c.    Bagi Sekolah

1)      Kualitas pembelajaran di sekolah akan lebih baik dengan adanya inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

2)      Inovasi yang bermanfaat dalam meningkatkan prestasi belajar siswa akan berdampak juga pada prestasi belajar siswa secara umum.         



BAB II

LANDASAN TEORI

 

A.      Dasar Teori

Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan untuk membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya di samping tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses belajar menjadi lebih efesien dan efektif. Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) . Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan belajar sesuai dengan yang diharapkan.

 

Pembelajaran aktif menurut Bonwell (1991) merupakan pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, dimana siswa melakukan suatu kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tidak hanya pasif mendengarkan penjelasan guru. Selanjutnya, Weltman (2012) menyatakan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu proses belajar di mana siswa secara aktif atau berdasarkan pengalaman belajarnya terlibat aktif dalam proses belajar.

 

Untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan merancang suatu pembelajaran yang dapat memungkinkan keterlibatan peserta didik secara aktif. Guru dapat merancang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang cocok dengan karakteristik materi pembelajaran, memanfaatkan media pembelajaran, atau menggunakan suatu alat bantu pembelajaran. Pemilihan dan penerapan model pembelajaran yang tepat akan memberikan hasil yang baik. Demikian juga dengan pemilihan media dan alat bantu pembelajaran yang tepat, akan dapat menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran.

 

Trend pembelajaran saat ini sangat meminati penggunaan alat bantu pembelajaran yang dapat membantu proses pembelajaran menjadi efektif sekaligus berfungsi sebagai permainan. Salah satu alat bantu pembelajaran yang bisa digunakan adalah alat bantu berupa permainan ular tangga. Menurut Melsi (2015), Ular tangga adalah papan permainan untuk anak-anak yang dimainkan oleh dua orang atau lebih. Papan permainan ini dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambarkan sejumlah tangga dan ular yang menghubungkannya dengan kotak yang lain. Permainan ini diciptakan pada tahun 1870. Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga. Setiap orang dapat menciptakan papan permainan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan. Permainan ini menggunakan sebuah dadu dan dua buah bidak.


Gambar 2. Contoh beberapa ular tangga beserta dadu dan bidak

 

Ular tangga koloid adalah papan permainan ular tangga yang didesain khusus untuk menunjang pembelajaran koloid secara aktif dan menyenangkan. Bentuknya seperti ular tangga pada umumnya, namun pada kotak-kotaknya diberikan gambar-gambar yang terkait dengan pembelajaran koloid, misalnya contoh koloid atau manfaat koloid dalam kehidupan sehari-hari. Pada beberapa kotak, dibubuhi dengan tanda tanya yang berarti bahwa jika bidak berhenti pada kotak tersebut maka harus menjawab soal yang disediakan di dalam lembar kerja. Ular tangga ini diharapkan dapat membantu peserta didik untuk mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja peserta didik (LKPD) sehingga belajar bisa terasa seperti bermain.

 

 

B.       Alternatif Rancangan Aplikasi Karya Inovasi Pembelajaran

Inovasi pembelajaran yang dikembangkan adalah berupa alat bantu pembelajaran kimia pada bab koloid di kelas XI IPA. Alat bantu pembelajaran ini penulis ciptakan sendiri secara sederhana dengan mengacu pada beberapa contoh bentuk ular tangga kimia yang pernah penulis dapatkan ketika browsing di internet. Alat bantu ini dapat digunakan untuk membantu peserta didik dalam usaha memahami materi pembelajaran koloid di kelas XI IPA dalam bentuk kegiatan latihan soal.

Rancangan awal dari ular tangga koloid adalah seperti pada gambar 3.

Gambar 3. Rancangan Awal Ular Tangga Koloid

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KARYA INOVASI PEMBELAJARAN

 

A.    Ide Dasar

Ide untuk membuat inovasi pembelajaran ini timbul ketika mendapati hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan koloid di kelas XI IPA dengan metode diskusi kelas kurang memuaskan. Dalam pembelajaran tersebut menurut pengamatan penulis aspek keaktifan dan keterlibatan siswa dalam diskusi sudah baik, namun hasil yang dicapai belum memuaskan. Oleh karena itu, penulis berkesimpulan bahwa mungkin permasalahannya terletak pada belum maksimalnya kemampuan mengingat dan pembelajaran yang berjalan terkesan kurang menarik atau kurang menyenangkan bagi peserta didik.

Menindaklanjuti hal tersebut, penulis merancang inovasi pembelajaran untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini dengan membuat suatu alat bantu pembelajaran berupa ular tangga koloid untuk mempermudah peserta didik dalam memahami materi koloid dalam bentuk latihan soal. Penulis memandang perlu memberikan latihan soal-soal kepada peserta didik agar penguasaan terhadap materi ini dapat lebih maksimal. Namun, latihan soal saja akan terasa sangat membosankan bagi peserta didik, sehingga penulis mendapat ide untuk membuat kegiatan mengerjakan soal latihan ini menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. Penulis ingin membuat suasana pembelajaran lebih hidup dengan mengaktifkan seluruh siswa sehingga dapat mengerjakan soal latihan serasa bermain.


B.    Penggunaan dalam Pembelajaran

Ular tangga koloid digunakan dalam pembelajaran pada pokok bahasan koloid kelas XI IPA di SMAN 1 Lingga. Peserta didik dibagi dalam enam kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari maksimal 6 orang. Kelompok ini adalah kelompok yang sama dengan kelompok saat diskusi. Setiap kelompok mendapatkan lawan bermain dengan kelompok lain. Sehingga terdapat tiga pasang kelompok yang bertanding mengerjakan soal latihan dalam permainan ular tangga koloid. Di dalam kelompok, siswa saling bekerjasama untuk meraih kemenangan dalam permainan.

Aturan main ular tangga koloid ini sebenarnya sama dengan aturan main pada ular tangga pada umumnya, misalnya :

1)   Permainan menggunakan satu buah dadu dan dua buah bidak.

2)   Permainan dimulai dengan bidaknya berada di posisi kotak pertama.

3)   Setiap pemain secara bergiliran melempar dadu kemudian bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul.

4)   Jika posisi terakhir dari langkah bidak berada pada kolom yang terdapat gambar tangga, maka kelompok tersebut dapat naik ke nomor kolom dimana tangga berakhir tanpa harus mengikuti urutan nomor kolom. Ini berarti dapat mempercepat kelompok tersebut mencapai finish.

5)   Jika posisi terakhir dari langkah bidak berada pada kolom yang terdapat gambar ular, maka kelompok tersebut harus turun ke nomor dimana ular menurun. Ini berarti akan memperlambat kelompok tersebut mencapai finish.

6)   Jika posisi akhir kedua bidak bertemu pada kotak yang sama, maka pemain yang pertama berada diposisi tersebut harus mengulang dari kotak pertama.

7)   Permainan berakhir jika salah satu pemain mencapai finish.

 Selain dari aturan umum tersebut, pada ular tangga koloid berlaku aturan tambahan untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Beberapa aturan tambahan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1)      Setiap menjumpai tanda


2)      Soal dijawab dengan menggunakan lembar jawaban yang telah disediakan.

3)      Soal dijawab benar nilainya 1 point.

4)      Soal dijawab salah nilainya 0.

5)      Peserta yang mencapai finish terlebih dahulu mendapat nilai bonus 5 point.

6)      Waktu berakhir jika salah satu pemain sudah mencapai finish.

7)      Pemenang adalah yang mendapat nilai total tertinggi.








Nilai total = nilai jawaban benar + nilai bonus




Tidak ada komentar:

Posting Komentar