1. Pembentukan Minyak Bumi
dan Gas Alam
Berdasarkan teori
pembentukannya, minyak bumi berasal dari hasil pelapukan organisme hidup yang
berlangsung sangat lama (berjuta-juta tahun). Pembentukan minyak bumi
memerlukan lingkungan yang dapat memberi kadar zat organik tinggi dan memberi
kesempatan pengawetan sehingga tidak terjadi oksidasi atau pembusukan. Daerah
pantai yang memiliki muara sungai menghadap ke laut terbuka, memiliki
kemungkinan lebih besar memproduksi zat organik. Selanjutnya, zat organik
tersebut menyebar ke dalam batuan serpih lempung yang halus, terakumulasi dan
terkonsentrasi. Kemudian zat tersebut bergerak masuk ke dalam batuan dan
terperangkap di dalam batuan sedimen. Minyak bumi berada dalam batuan sehingga
disebut petroleum (bahasa Latin, petrus yang berarti batu dan oleum yang berarti minyak.
2.
Komponen Penyusun Minyak Bumi
Minyak bumi hasil
eksplorasi masih berupa minyak mentah (crude
oil). Komponen utama minyak bumi adalah senyawa hidrokarbon, baik alifatik,
alisiklik maupun aromatik. Kadar unsur karbon dalam minyak bumi dapat mencapai
80%-85%.
Berikut adalah komposisi
senyawa hidrokarbon dalam beberapa komponen minyak bumi.
Komponen minyak bumi |
% Volume |
||||
n-alkana |
sikloalkana |
isoalkana |
Aromatik |
Residu |
|
Gas |
100 |
- |
- |
- |
- |
Bensin |
38 |
43 |
20 |
9 |
- |
Kerosin |
23 |
43 |
15 |
19 |
- |
Solar |
22 |
48 |
9 |
21 |
- |
Pelumas |
16 |
52 |
6 |
24 |
- |
Residu |
13 |
51 |
1 |
27 |
8 |
3.
Pengolahan Minyak Bumi
Pengolahan minyak mentah
melalui beberapa proses sebagai berikut:
a.
Destilasi/ Penyulingan
Merupakan cara pemisahan
campuran senyawa berdasarkan pada perbedaan titik didih komponen-komponen
penyusun campuran tersebut. Minyak mentah mengandung campuran senyawa
hidrokarbon yang memiliki titik didih bervariasi, dari metana (CH4)
yang memiliki titik didih paling rendah sampai residu yang memiliki titik didih
paling tinggi sehingga tidak teruapkan pada pemanasan. Gambar berikut
menunjukkan proses destilasi bertingkat.
Destilasi bertingkat
adalah destilasi yang menggunakan beberapa tingkatan suhu pendinginan atau
pengembunan.
Proses :
-
Minyak mentah dipanaskan pada
3700C sehingga mendidih dan menguap.
- Minyak yang menguap naik ke
bagian atas kolom dan selanjutnya terkondensasi (mengembun) pada suhu yang
berbeda-beda.
-
Fraksi minyak bumi yang tidak
terkondensasi terus naik ke bagian atas kolom sehingga keluar sebagai gas alam.
Fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat ini kualitasnya
belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga perlu pengolahan lebih lanjut.
b.
Cracking
Pengolahan selanjutnya
adalah proses cracking, yaitu
penguraian (pemecahan) molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar menjadi
molekul-molekul senyawa yang lebih kecil. Terdapat dua cara proses cracking,
yaitu :
1.
Cara panas (thermal cracking) adalah proses cracking dengan menggunakan suhu tinggi
serta tekanan rendah
2.
Cara katalis (catalytic cracking) adalah proses cracking dengan menggunakan bubuk
katalis platina atau molibdenum oksida
c.
Reforming
Reforming adalah
pengubahan bentuk molekul bensin yang bermutu kurang baik (rantai karbon lurus)
menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang). Reforming juga disebut isomerisasi. Reforming dilakukan dengan
menggunakan katalis dan pemanasan.
d.
Polimerisasi
Polimerisasi adalah
proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar. Misalnya,
penggabungan senyawa isobutena dengan senyawa isobutana yang menghasilkan
isooktana (bensin berkualitas tinggi)
e.
Treating
Merupakan proses
pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotor-pengotornya. Proses
ini ada beberapa jenis, yaitu:
1. Copper sweetening dan doctor treating (proses penghilangan pengotor
yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap)
2.
Acid treatment (proses penghilangan
lumpur dan perbaikan warna)
3.
Desulfurizing (proses penghilangan unsur
belerang)
f.
Blending
Adalah proses pencampuran
zat aditif kedalam bensin. Bahan-bahan tersebut antara lain tetra etil lead
(TEL), metil tertier buthyl ether (MTBE), etanol dan metanol. Penambahan zat
aditif ini dapat meningkatkan bilangan oktan.
4.
Bensin dan Bilangan Oktan
Komponen utama bensin adalah n-heptana (C7H18)
dan isooktana (C8H18). Kualitas bensin ditentukan oleh
kandungan isooktana yang dikenal dengan istilah bilangan oktan. Bilangan oktan
n-heptana = 0 dan bilangan oktan isooktana =100. Jika bensin mengandung 75%
isooktana dan 25% n-heptana, berarti bilangan oktan bensin tersebut adalah 75.
Kandungan isooktan bensin memiliki fungsi sebagai berikut:
1.
Mengurangi ketukan (knocking)
pada mesin kendaraan
2.
Meningkatkan efisiensi
pembakaran sehingga menghasilkan energi yang lebih besar
Selain dapat dilakukan dengan cara memperbesar kandungan isooktana,
bilangan oktan bensin dapat juga ditingkatkan dengan cara menambah zat aditif
antiketukan, seperti :
1.
Tetra Ethyl Lead (TEL)
TEL memiliki rumus
molekul Pb(C2H5)4. Untuk mengubah Pb dari
bentuk padat menjadi gas, pada bensin yang mengandung TEL ditambahkan zat
aditif lain, yaitu etilen bromida (C2H5Br). Logam Pb yang
dibebaskan pada pembakaran dapat bereaksi dengan etilen bromida membentuk uap
PbBr2. Logam Pb yang dibebaskan dari pembakaran bensin yang
mengandung TEL menjadi masalah bagi lingkungan karena Pb merupakan logam berat
yang dapat membahayakan lingkungan.
2.
Methyl Tertier Buthyl Ether
(MTBE)
Senyawa MTBE memiliki
bilangan oktan 118 dan rumus struktur sebagai berikut:
Senyawa MTBE ini lebih
aman dibandingkan TEL karena tidak mengandung timbal. Namun, senyawa ini tetap
berpotensi mencemari lingkungan karena sulit diuraikan oleh mikro organisme.
3.
Etanol
Etanol dengan bilangan
oktan 123 merupakan zat aditif yang dapat meningkatkan efisiensi pembakaran
bensin. Etanol lebih unggul dibandingkan TEL dan MTBE karena tidak mencemari
udara dengan timbal dan lebih mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Selain itu,
etanol juga diperoleh dari fermentasi tumbuh-tumbuhan sehingga bahan baku
pembuatannya tersedia dalam jumlah yang cukup melimpah di alam dan dapat
dibudidayakan.
2.
Dampak Pembakaran Bahan Bakar Terhadap Lingkungan
Minyak bumi merupakan campuran senyawa hidrokarbon sehingga
pembakarannya menghasilkan oksida karbon (CO2 dan CO) dan uap air.
Selain itu, minyak bumi juga mengandung unsur belerang dan nitrogen sehingga
pembakarannya juga menghasilkan oksida belerang (SO2 dan SO3)
dan oksida nitrogen (NO2). Senyawa-senyawa oksida tersebut dapat
mencemari udara. Selain senyawa oksida, timbal yang dilepaskan oleh bensin yang
mengandung TEL juga menyebabkan penurunan kualitas udara.oleh karena itu,
negara-negara maju melarang penggunaan bensin yang mengandung timbal.
1.
Oksida karbon
Gas
pencemar udara dari oksida karbon adalah:
a.
Gas karbon dioksida
Gas karbon dioksida
dihasilkan dari proses pernapasan dan pembakaran sempurna dari berbagai senyawa
karbon. Gas ini tidak membahayakan kesehatan, tetapi pada konsentrasi tinggi
(10-20%) dapat menyebabkan pingsan karena CO2 menggantikan posisi
oksigen dalam tubuh sehingga tubuh kekurangan oksigen. CO2 juga
dapat membentuk lapisan di atmosfer sehingga menahan sinar inframerah yang dipantulkan bumi, sehingga suhu bumi
menjadi meningkat.
b.
Gas karbon monoksida
Gas CO sangat beracun karena
dapat berikatan dengan hemoglobin (Hb)
darah. Jika terdapat CO dan O2 di dalam darah, maka yang akan
terikat oleh Hb adalah gas CO. Batas kadar CO dalam udara bersih 0,1 bpj. Kadar
CO 100 bpj di udara dapat menyebabkan sakit kepala, lelah, sesak napas dan
pingsan. Dalam waktu empat jam, hal ini dapat menimbulkan kematian.
Gas CO juga dihasilkan
dari pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar kendaraan bermotor:
CxHy(l)
+ O2(g) Ã C(s)+ CO(g)
+ CO2(g) + H2O(g)
2.
Oksida belerang
Dihasilkan dari pembakaran
bahan bakar kendaraan bermotor, asap industri dan pembakaran batu bara.
S(s) + O2(g)
Ã
SO2(g)
Minyak bumi dan batu bara
mengandung kadar belerang 0-6%. Batas kadar SO2 dalam udara bersih
adalah 0,0002 bpj. Dalam jumlah sedikit,
SO2 dapat menyebabkan batuk-batuk dan sesak napas, sedangkan dalam
jumlah besar dapat merusak saluran
pernapasan (radang tenggorokan, radang paru-paru) serta menyebabkan kematian.
Pencemaran gas ini terhadap tumbuhan
dapat menyebabkan pembentukan noda cokelat pada daun, bahkan dapat
menyebabkan kerontokan.
Gas SO2 di udara dapat teroksidasi menghasilkan SO3:
2SO2(g) + O2(g) Ã 2SO3(g)
SO2 adalah
oksida asam yang mudah bereaksi dengan air membentuk asam sulfat :
SO3(g) + H2O(l) Ã H2SO4(aq)
Reaksi diatas dapat
terjadi di udara sehingga air hujan yang sudah bereaksi dengan gas SO3
bersifat asam. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan hujan asam.
3.
Oksida Nitrogen
Oksida nitrogen yang
merupakan gas pencemar adalah NO dan NO2. NO terbentuk secara alami
dari reaksi nitrogen dan gas oksigen diudara dengan bantuan petir.
N2(g) + O2(g) Ã 2NO(g)
Gas NO juga dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dan dari aktivitas industri. Gas
NO di udara dapat teroksidasi menghasilkan gas NO2
2NO(g) + O2(g) Ã 2NO2(g)
Batas kadar NO2
untuk udara bersih adalah 0,001 bpj. Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
udara yang tercemar gas NO2 berupa gangguan saluran pernapasan dan
mata terasa perih. Gas NO2 juga merupakan oksida asam sehingga hasil
reaksinya dengan air hujan dapat menyebabkan hujan asam.
4.
Logam Timbal (Pb)
Logam Pb bersifat racun
karena dapat masuk ke dalam peredaran darah dan merusak syaraf otak. Logam ini
juga dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak, menghambat pertumbuhan, dan
dapat menimbulkan kelumpuhan. Gejala keracunan logam Pb adalah mual, anemia,
dan sakit perut.
5.
Partikulat
Partikel-partikel padat
atau cair di udara disebut partikulat.
Partikulat padat disebut asap dan partikulat cair disebut kabut. Partikulat
padat dihasilkan dari pembakaran bahan bakar terutama solar dan batu bara,
pembakaran sampah, aktivitas gunung berapi, dan kebakaran hutan. Partikulat
cair terbentuk dari senyawa hidrokarbon
yang menguap. Keberadaan partikulat padat dan cair ditambah dengan adanya oksida-oksida
nitrogen dan belerang di udara, akan menimbulkan asap kabut yang dikenal dengan
istilah smog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar