30 Des 2022

Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara


Pendidikan adalah suatu proses yang tidak diam. Pendidikan harus terus berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi zaman dan kondisi peserta didik. Pendidikan tersebut hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian.

Jika pendidikan dibayangkan sebagai sebuah sistem besar yang hanya dipikirkan oleh para pakar dan penentu kebijakan di pusat, maka sekolah atau bahkan kelas juga merupakan suatu sistem pendidikan dengan ruang lingkup yang kecil. Setiap sekolah memiliki kondisi dan permasalahan masing-masing, sehingga pengembangan satu sekolah dengan sekolah lain tentunya tidak akan sama.

Pada refleksi filosofi pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara menjadi titik awal agen perubahan dalam transformasi pendidikan di sekolah. Konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara merupakan jawaban yang tepat bagi bangsa Indonesia dalam upaya mempersiapkan diri menghadapi globalisasi abad ke-22 dan dalam memasuki era kemajuan IPTEKS di masa yang akan datang.

Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

Dasar Dasar Pendidikan

KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “ ?waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. KHD menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan ?kodrat alam ?dan ?kodrat zaman ?. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama” KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut:

“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)

KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya murid di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.

Mengenai Pendidikan dengan perspektif global, KHD mengingatkan bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia.

Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik.

KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi murid Abad ke-21, tentu sangat berbeda dengan para murid di pertengahan dan akhir abad ke-20.

Budi Pekerti

Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).

Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual).

Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya.

Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antara satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, peran orang tua sebagai guru, penuntun, dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.

Pemahaman mendalam dan penerapan budi pekerti luhur sebagai karakter diri peserta didik serta keterampilan dalam memaksimalkan potensi yang dimiliki melalui implementasi konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran di sekolah yang akan mampu menjadi bekal untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asian (MEA) dan juga menjalani kehidupan dewasa mereka di era globalisasi.

Dengan prinsip serta pandangan hidup menjadi manusia “Ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi teladan), Ing madya mangun karsa (di tengah memberi kesempatan untuk berkarya), Tut wuri handayani (dari belakang memberi dorongn dan arahan)”, merupakan jiwa Pendidikan Nasional yang dapat diterapkan di kelas-kelas sebagai sistem pendidikan dengan ruang lingkup yang kecil.

Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?

Ki Hajar Dewantara dapat dikontekstualkan dengan nilai luhur kearifan budaya sekaligus menjadi role model bagi murid dan masyarkat karena ki Hajar Dewantara memiliki sifat :

  • Selalu semangat belajar
  • Tidak pernah merasa cukup pada ilmu yang dimiliki.
  • Selalu memperluas pengetahuannya

Sifat-sifat tersebut dapat menjadi kontekstual sebagai penguatan karakter murid sebagai individu.

Sedangkan untuk konteks masyarakat :

  • Rela berkorban
  • Religius
  • Nasionalis
  • Sederhana
  • Gotong royong pada kegiatan di sekitarnya

Sumberhttps://www.gurusiana.id/read/alvonsus/article/konsep-pendidikan-menurut-ki-hadjar-dewantara-4429089

29 Des 2022

MENGENAL PENDIDIKAN GURU PENGGERAK 2022


Apa itu GURU PENGGERAK?

GURU PENGGERAK adalah guru-guru terpilih dari seluruh penjuru Indonesia yang telah lulus dari Program Pendidikan Guru Penggerak. Guru Penggerak yang siap menjadi pemimpin pembelajaran dan berperan sebagai agen pendorong transformasi pendidikan di Indonesia.

Apa itu PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENGGERAK?

Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan Pendampingan selama 6 bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama program, guru tetap menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru.

Bagaimana Metode Pelatihannya?

Metode Pelatihan : Pelatihan Daring, Lokakarya, Konferensi, dan Pendampingan.

  1. 70% Belajar di tempat kerja dan Komunitas Praktik meliputi pemberian umpan balik dari atasan, rekan, dan siswa. 
  2. 20% Belajar dari rekan dan guru lain.
  3. 10% Pelatihan Formal.

Bagaimana Cara Menjadi GURU PENGGERAK?

  1. Seleksi calon guru penggerak.
  2. Calon guru penggerak mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan baru di sekolah dan komunitasnya.
  3. Menjadi guru penggerak

Apa Tujuan Program GURU PENGGERAK?


Program Guru Penggerak Menciptakan Pemimpin Pembelajaran Yang Berpusat pada Murid.

Program ini akan menciptakan guru penggerak yang dapat:

  1. Mengembangkan diri dan guru lain dengan refleksi, berbagi dan kolaborasi secara mandiri.
  2. Memiliki kematangan moral, emosi dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode etik.
  3. Merencanakan, menjalankan, merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada murid dengan melibatkan orang tua.
  4. Berkolaborasi dengan orang tua dan komunitas untuk mengembangkan sekolah dan menumbuhkan kepemimpinan murid.
  5. Mengembangkan dan memimpin upaya mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar sekolah


Apa Peran GURU PENGGERAK?
Guru Penggerak diharapkan menjadi katalis perubahan pendidikan di daerahnya dengan cara:

  1. Menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya.
  2. Menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah
  3. Mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah.
  4. Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antar guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
  5. Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah.

28 Des 2022

MODUL PROGRAM GURU PENGGERAK 2022 (Pdf)


Saat ini Program Guru Penggerak sudah mulai memasuki angkatan ke-8. Seperti yang kita ketahui bersama, sejak angkatan ke-5 Program Guru Penggerak sudah tidak lagi berlangsung selama 9 bulan, tapi hanya 6 bulan saja. Mulai di angkatan ke-5, PGP dirancang sebagai program penyiapan calon kepala sekolah. Untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan kepala sekolah di seluruh Indonesia, maka PGP disesuaikan dengan periode waktu pendidikan yang lebih singkat dan efektif, namun tetap menjaga kualitas lulusan Guru Penggerak.


Modul Guru Penggerak

Modul yang digunakan pada Program Guru Penggerak juga mengalami perubahan dan perbaikan. Di awal tahun 2022 ini Modul Guru Penggerak edisi revisi ke-3 sudah mulai digunakan pada Program Guru Penggerak Angkatan-5. Untuk Bapak/Ibu Guru yang tidak berkesempatan mengikuti Pendidikan Guru Pengerak, berikut ini saya bagikan Modul Guru Penggerak untuk bahan bacaan. Tentu saja, sangat jauh efek dan hasilnya dengan yang mempelajari langsung dengan bimbingan dan melakukan aksi nyata (on-the-job learning). Tetapi, setidaknya ada gambaran dan mungkin tambahan pengetahuan tentang bagaimana menjadi pemimpin pembelajaran dan berperan sebagai agen pendorong transformasi pendidikan di Indonesia.

Beberapa modul guru penggerak yang bisa didownload melalui link sember berikut: 

DOWNLOAD