A.
A. Pengertian
Sifat
koligatif larutan adalah sifat
larutan yang hanya
tentukan oleh jumlah
partikel zat terlarut di dalam
larutan, dan tidak dipengaruhi oleh jenis dari zat terlarut.
Ada
beberapa sifat koligatif, yaitu :
1.
Penurunan
tekanan uap larutan (∆P)
2.
Kenaikan
titik didih (∆Tb)
3.
Penurunan
titik beku (∆Tf)
4.
Tekanan
osmotik (
Sebagai perbandingan, perhatikan tabel
dari beberapa larutan nonelektrolit berikut:
Zat
terlarut |
Fraksi
mol zat terlarut |
Penurunan
tekanan uap larutan |
Glikol |
0,01 |
0,18 mmHg |
Glikol |
0,02 |
0,36 mmHg |
Urea |
0,01 |
0,18 mmHg |
Urea |
0,02 |
0,36 mmHg |
Dari tabel, dapat kita perhatikan bahwa
dengan harga fraksi mol yang sama (fraksi mol adalah salah satu konsentrasi
yang menggambarkan jumlah partikel zat terlarut dalam larutan), glikol dan urea
memiliki harga penurunan tekanan uap yang sama pula. Padahal, glikol dan urea
bukan zat yang sama jenisnya, namun memiliki harga penurunan tekanan uap
larutan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa sifat koligatif larutan ditentukan
oleh jumlah partikel zat terlarut, bukan ditentukan oleh jenis zat terlarut.
B.
B. Sifat
Koligatif Larutan Non Elektrolit
1)
Penurunan
tekanan uap larutan
Perhatikan
gambar (a) di atas:
Jika
dalam suatu wadah tertutup dimasukkan pelarut pada suhu tertentu, sebagian
pelarut akan menguap dan memenuhi ruangan. Uap yang dihasilkan menimbulkan
tekanan dalam ruangan tersebut. Semakin banyak uap pada permukaan cairan
tersebut, maka semakin tinggi
tekanan uapnya. Jumlah
uap yang ada
di atas permukaan
cairan akan mencapai kondisi jenuh. Jika kondisi uap cairan sudah
mencapai kejenuhan akan terjadi pengembunan, dan tekanan uap pada kondisi ini
disebut tekanan uap jenuh pelarut murni (Po)
Perhatikan
pula gambar (b):
Jika
ke dalam pelarut murni dimasukkan suatu zat terlarut nonvolatil (sukar menguap)
sehingga membentuk larutan, proses penguapan pelarut akan terganggu karena
pelepasan molekul-molekul pelarut ke udara terhalang oleh partikel zat
terlarut. Akibatnya, pelarut akan lebih sukar menguap dan jumlah uap pelarut
pada permukaan akan berkurang sehingga tekanan uapnya akan menurun. Tekanan
yang ditimbulkan dari uap jenuh pelarut dari larutan tersebut dinamakan tekanan uap jenuh larutan (P).
Sedangkan
besarnya penurunan tekanan
uap pelarut karena
adanya zat terlarut
disebut
dengan
penurunan tekanan uap larutan (∆P).
Penurunan tekanan uap yang terjadi merupakan selisih dari tekanan uap jenuh
pelarut murni (P°) dengan tekanan uap larutan (P).
Menurut
Francois Marie Raoult (hukum Raoult): bahwa untuk larutan-larutan encer, penurunan tekanan uap jenuh larutan
sama dengan hasil kali tekanan uap jenuh pelarut murni dengan fraksi mol zat
terlarut, sedangkan tekanan uap jenuh larutan sama dengan hasil kali tekanan
uap jenuh pelarut murni dengan fraksi mol pelarut.
Dengan :
∆P
= penurunan takanan uap larutan
Po = tekanan uap pelarut murni
XB
= fraksi mol zat terlarut
XA
= fraksi mol pelarut
Contoh soal :
1.
Suatu
larutan sebanyak 50 gram dibuat dengan mencampurkan 23 gram etanol (Mr = 46)
dengan 27 gram air (Mr = 18). Jika tekanan uap air pada suhu ruangan adalah 30
mmHg, hitunglah tekanan uap larutan tersebut!
Diket
:
Massa
zat terlarut (gr B) = 23 gram Mr etanol = 46
Massa
pelarut (gr A) = 27 gram Mr air = 18
Po =
30 mmHg
Ditanya
: P = …?
Jawab
:
2.
Tekanan
uap jenuh air pada 100 oC adalah 760 mmHg. Hitunglah tekanan uap
jenuh larutan glukosa 18% pada suhu tersebut! (Mr glukosa = 180)
Diket
:
%
glukosa = 18 %
Po
=
760 mmHg
Mr
glukosa = 180
Ditanya
: P = …?
Jawab
:
%
glukosa = 18 %
Misalkan
massa total larutan glukosa = 100 gram
Maka;
Massa
glukosa (gr B) = 18 % x 100 gram = 18 gram
Massa
air (gr A) = (100 – 18) gram = 82 gram
P =
Po . XA
2.
Kenaikan
Titik Didih Larutan (∆Tb)
Titik
didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh suatu cairan sama dengan tekanan
atmosfer di sekitarnya. Pasa saat itu, terjadi perubahan wujud zat dari cari
menjadi gas.
Titik
didih pelarut murni lebih rendah daripada titik didih larutan. Misalnya, titik
didih air pada tekanan 760 mmHg adalah 100oC, namun jika air
tersebut ditambahkan suatu zat terlarut sehingga terbentuk larutan akan terjadi
kenaikan titik didih sehingga titik larutan akan lebih tinggi dari 100 oC.
Hal ini disebabkan karena di dalam larutan terdapat zat terlarut yang menghambat
pelarut untuk menguap sehingga tekanan uap yang dihasilkan lebih rendah. Untuk menyamakan
dengan tekanan di atmosfer sekitar, maka dibutuhkan suhu lebih tinggi agar
terbentuk uap yang lebih banyak.
Selisih
antara titik didih suatu larutan dengan titik didih pelarut murni disebut
kenaikan titik didih larutan (∆Tb)
Menurut Hukum
Raoult, besarnya kenaikan titik
didih sebanding dengan
hasil kali dari molalitas larutan (m) dan tetapan
kenaikan titik didih molal (Kb).
∆Tb =
kenaikan titik didih larutan
Kb =
tetapan kenaikan titik didih molal
m =
molalitas
Berikut
adalah tabel harga Kb dan titik didih beberapa pelarut:
Pelarut
|
Titik
didih (oC) |
Kb(oC/m) |
Air |
100 |
0,52 |
Asam asetat |
118,3 |
3,07 |
Benzene |
80,2 |
2,53 |
Kloroform |
61,2 |
3,63 |
Sikloheksana |
80,7 |
2,69 |
1. Tentukan
titik didih larutan yang mengandung 18 gram glukosa (Mr = 180) dalam 500 gram
air! (Kb air = 0,52 oC/m)
Diket
:
Massa
zat terlarut (gr) = 18 gram Mr glukosa = 180
Massa
pelarut (p) = 500 gram Kb
air = 0,52 oC/m
Ditanya
: Tb larutan = …?
Jawab
:
Latihan
1 :
1.
Tekanan
uap jenuh air pada 29oC diketahui sebesar 30 mmHg. Hitunglah tekanan
uap jenuh larutan urea 20% pada suhu tersebut! (Mr urea = 60)
2. Kloroform
digunakan sebagai obat bius untuk hewan percobaan di laboratorium. Jika 35 gram
senyawa kloroform (Mr = 119) dilarutkan dalam
500 gram benzena dan diketahui titik didih benzene = 80,2 oC
dan Kb benzena = 2,52oC/m, tentukan titik didih larutan kloroform
dalam benzene tersebut!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar